Tato kosmetik kini makin populer karena bisa memperbaiki atau mendukung penampilan. Wanita biasanya memanfaatkan tato kosmetik untuk membentuk alis, memerahkan bibir, meronakan pipi, atau menutupi kekurangan pigmentasi kulit (vitiligo).
Penggunaan tato kosmetik dapat mempersingkat waktu wanita untuk berdandan. Riasan di alis, bibir, pipi, dan kulit yang kekurangan pigmentasi ini akan menetap secara permanen seperti tato biasa. Namun, Anda perlu mengetahui bahwa ada beberapa risiko dari penggunaan tato kosmetik.
Kelebihan Tato Kosmetik
Tato kosmetik bersifat permanen, sehingga Anda tidak perlu lagi repot memoles ulang lipstik, membentuk alis, memoles perona wajah, atau menutupi vitiligo menggunakan make up. Bibir dan pipi akan selalu terlihat merona dan alis tidak akan luntur meski Anda berenang.
Bagi orang yang mengalami kerontokan alis (alopecia) dan kekurangan pigmentasi kulit (vitiligo), tato kosmetik juga berguna untuk menyamarkan kondisi tersebut. Anda tidak perlu lagi repot untuk menutupi kekurangan ini dengan make up setiap kali akan bepergian.
Meski manfaat yang ditawarkan terlihat menggiurkan, jangan sembarangan membuat tato kosmetik. Anda harus melakukannya di tempat yang berlisensi dan mengetahui proses pembuatannya, termasuk bahaya yang mengintai.
Proses Aplikasi Tato Kosmetik
Proses penggunaan tato bibir, pipi, dan alis umumnya sama seperti tato pada bagian tubuh lain. Tato akan dibuat dengan jarum berisikan pigmen atau zat pewarna pada kulit yang disebut mikropigmentasi.
Sebelum tindakan tato dilakukan, sebaiknya tanyakan kepada pembuat tato tentang keamanan pigmen atau zat pewarna yang digunakan. Selanjutnya, lakukan tes alergi guna meminimalkan risiko munculnya reaksi alergi setelah tato kosmetik dibuat.
Jika tes alergi telah dilakukan dan dianggap aman, pembuat tato akan membuat pola pada area yang akan ditato. Area ini akan dioles dengan gel pereda rasa sakit. Selanjutnya, pigmen akan disuntikkan ke permukaan kulit menggunakan jarum getar yang steril.
Selama proses dilakukan, Anda mungkin akan merasakan perih di area kulit yang ditato. Setelah selesai, area kulit yang ditato juga akan tampak memerah dan membengkak. Warna pigmen tato kosmetik yang digunakan ke kulit juga akan terlihat begitu pekat dan licin.
Namun, Anda tidak perlu khawatir karena ini akan memudar mengikuti warna yang Anda inginkan setelah 3 minggu. Setelah proses tato dilakukan, Anda disarankan untuk mengompres area yang ditato dengan kompres dingin atau mengoleskan salep antibiotik guna mencegah infeksi.
Setelah ditato, Anda juga perlu menghindari paparan sinar matahari selama beberapa minggu. Jadi, jika hendak bepergian di siang hari, gunakan tabir surya ke seluruh kulit, termasuk kulit yang ditato.
Risiko dan Bahaya Tato Kosmetik
Meski relatif aman, risiko dan bahaya dari tato kosmetik tetap ada. Berikut ini adalah beberapa risiko dan bahaya tato kosmetik:
1. Alergi
Seperti yang telah diungkapan sebelumnya, beberapa orang rentan mengalami reaksi alergi yang umumnya dipicu oleh pigmen atau zat pewarna tato. Gelaja alergi bisa bersifat ringan atau berat.
Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika daerah yang ditato terlihat memerah, membengkak, terasa gatal, kulit mengelupas, atau bersisik. Ini dilakukan agar keluhan yang Anda rasakan tidak bertambah parah atau berkembang menjadi infeksi.
2. Infeksi
Infeksi kulit bisa terjadi jika Anda menato di salon kecantikan yang tidak tersertifikasi karena bisa saja salon tersebut menggunakan tinta tato yang tidak layak dipakai pada kulit, seperti tinta printer atau cat mobil. Infeksi kulit juga mungkin terjadi jika ada bakteri atau virus masuk ke kulit yang terluka saat pembuatan tato.
Selain itu, penyakit serius yang ditularkan melalui darah akibat penggunaan alat atau jarum tato yang tidak steril, seperti hepatitis C dan HIV, juga dapat terjadi. Jadi, perhatikan tinta dan kebersihan alat yang digunakan agar terhindar dari penyakit-penyakit ini.
3. Jaringan kulit rusak
Risiko dari penggunaan tato kosmetik berikutnya adalah granuloma, yaitu kelainan pada jaringan tubuh akibat peradangan. Selain granuloma, Anda juga mungkin mengalami keloid di sekitar area yang ditato akibat pertumbuhan jaringan bekas luka yang berlebihan.
4. Komplikasi MRI
Jika Anda menjalani pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging), riasan permanen dapat memengaruhi hasil pemindaian akibat interaksi antara area magnetis MRI dan kandungan oksida besi dalam pigmen tato kosmetik. Hal ini dapat menyebabkan peradangan ringan meski terbilang jarang terjadi.
5. Warna kulit menjadi belang
Aplikasi riasan permanen yang kurang terencana juga berisiko mendatangkan hasil yang kurang memuaskan. Akibatnya, Anda merasa perlu menghilangkan tato tersebut dengan laser.
Selain menimbulkan nyeri, penghilangan tato juga bisa membuat kulit bekas tato menjadi lebih terang (belang) atau bahkan meninggalkan bekas luka.
Risiko di atas dapat berbeda pada masing-masing orang. Jadi, jika orang lain tidak mengalami keluhan di atas setelah mengaplikasikan tato kosmetik di tubuhnya, bukan berarti Anda juga dipastikan bebas dari risiko apa pun.
Mengaplikasikan serta mengubah atau menghilangkan tato kosmetik tidak semudah yang dibayangkan dan mendatangkan risiko. Cermati dari segala sisi agar penggunaan tato benar-benar mendatangkan manfaat dan tidak menjadi penyesalan di kemudian hari.
Prosedur tato kosmetik sebenarnya relatif aman asalkan dikerjakan oleh tenaga profesional atau ahlinya. Oleh karena itu, buatlah tato kosmetik di dokter spesialis kulit atau kecantikan, atau seniman tato bersertifikasi.
Tenaga profesional ini biasanya lebih memperhatikan keamanan proses dari menato, mulai dari penggunaan alat-alat steril hingga pigmen warna yang akan digunakan di kulit.